Tokoh Sastra Mesir- Mustafa Lutfi al-Manfaluti
Nama lengkap Al-Manfaluti adalah Mustafa Lutfi Bin Muhammad Lutfi Bin Muhammad Hasan Lutfi Al-Manfaluti. Ia lahir pada tanggal 30 Desember 1876 di Manfalut. Manfalut adalah kota Mesir di tepi barat Sungai Nil di Asyut.
Mustafa Lutfi al-Manfaluti (1876-1924) adalah seorang sastrawan terkemuka di Indonesia, ulama dari Al Azhar, dan dapat dikategorikan sebagai pengarang cerita pendek semi modern semi klasik. Dia juga membuat banyak terjemahan dan sedikit banyak dipengaruhi oleh karya penulis Prancis abad terakhir.
Al-Manfaluti telah tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang mapan dan disegani. Silsilahnya diketahui berlanjut hingga Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam. Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang taat, saleh, dan cerdas. Tak heran jika keluarganya dipercaya menjabat sebagai Qada Syar`i (hakim) selama 200 tahun. Ayahnya, Muhammad Lutfi al-Manfaluti, juga seorang hakim dan pemimpin yang disegani di kalangan rakyatnya.
Dia diketahui telah menghafal seluruh Quran sebelum dia berusia dua belas tahun. Di kuttab, al-Manfaluti belajar membaca dan menulis serta mempelajari ilmu fikih. Kemudian Al-Manfaluti melanjutkan pelatihannya di al-Azhar. Selama satu dekade studi di sana, Al-Manfaluti mempelajari berbagai jenis pengetahuan, terutama hukum, linguistik dan sastra.
Nama baik Al-Manfaluti semakin tersohor karena mengenal Syekh Muhammad Abduh ketika Al-Manfaluti berkesempatan menuntut ilmu di bawah bimbingannya. Al-Manfaluti dikenal karena harga diri dan kerendahan hatinya yang tinggi. Dia tidak pernah menerima bayaran untuk karya sastranya. Juga, dia tidak pernah menggunakan puisi atau artikelnya untuk tujuan pribadi. Karena ia berasal dari keluarga yang mandiri secara ekonomi dan sosial.
Karya Al-Manfaluti banyak Mengangkat masalah sosial seperti kebodohan, kesengsaraan, kesakitan dan dekadensi moral.
Karya Al Manfaluti : Al-Nazarat (Pandangan), Al-Abarat (Air Mata), Mukhtarat al-Manfaluti, Majdulin (Magdalena), Al-Sya`ir (Penyair), Al-Fadilah (Kebajikan) Fi Sabil al-Taj (untuk mahkota) Ia kembali kepada Sang Pencipta pada pagi Idul Adha tahun 1924. Setelah kepergiannya, beberapa penyair Arab, seperti Ahmad Shauki dan Hafiz Ibrahim, menulis puisi berkabung atas kematian Al-Manfaluti.