Tokoh Sastra Palestina- Amin Al-Hussein
Amin al-Husseini (lahir tahun 1897, Yerusalem, Palestina, Ottoman Empire-meninggal 4 Juli 1974, Beirut , Lebanon), Grand Mufti dari Yerusalem dan tokoh nasionalis Arab yang memainkan peran utama dalam perlawanan Arab terhadap Ambisi politik zionis di Palestina.
Dia adalah Mufti atau pemimpin Muslim dari mandat Inggris di Palestina dari tahun 1921 hingga 1974. Dia adalah keturunan dari tokoh penting di Yerusalem yang terkait dengan cucu Nabi Muhammad Saw. Selama Perang Dunia I, Amin Al-Hussein mengabdi di militer Tentara Ottoman. Pada akhir perang, ia ditempatkan di Damaskus untuk mendukung Kerajaan Arab di Suriah. Kepindahannya ke Yerusalem mengubah idealismenya dari pan-Arabisme menjadi nasionalisme Palestina. Amin Al-Hussein dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena terlibat dalam kerusuhan Nebi Musa di Yerusalem sebagai pemimpin dalam aksi tahun 1920. Tapi dia dibebaskan oleh Inggris.
Tahun berikutnya, pada tahun 1921, Sir Herbert Louis Samuel, Komisaris Tinggi Inggris, mengangkatnya sebagai Grand Mufti Agung Of Yerusalem. Dia menggunakan posisi ini untuk mempromosikan Islam. Inggris menganggap Amin Al-Hussein sebagai sekutu penting. Namun, hubungan ini diperburuk selama Pemberontakan Arab di Palestina antara tahun 1936 dan 1939. Dia meninggalkan Palestina dan melarikan diri ke Libanon dan Kerajaan Irak pada tahun 1937, akhirnya menjalin hubungan dengan Fasist Italia dan Nazi Jerman. Selama bekerja sama antara Italia dan Jerman, Amin Al-Hussein membuat acara radio dengan propaganda anti Inggris dan anti Zionisme.
Dia meninggal di Beirut, Lebanon pada Juli 1974. Selain mendukung kemerdekaan Indonesia, Syekh Amin Al-Hussein dikenal dekat dan bertemu dengan tokoh-tokoh Islam Indonesia. Dia juga berkenan menyambut baik delegasi "Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia" dan berkesempatan berdiskusi dengan Mohammad Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia. Ini kemudian dikonfirmasi dengan adanya ucapan selamat oleh siaran stasiun radio Berlin berbahasa Arab yang didengungkan oleh Mufti Agung Palestina Amin Al-Hussein, yang tinggal di Jerman pada saat itu